Rabu, 29 Juni 2011

Pengorbanan Sang Ayah, Dasar Kasih Sayang

Di suatu sudut kota Jakarta hiduplah keluarga sederhana.Sang bapak yang kesehariannya bekerja siang-malam menjadi pelatih olahraga di salah satu Universitas di Jakarta.Anto anak satu-satunya dalam keluarga tersebut sudah kian tumbuh membesar.Ibu Tini pun sudah mencurahkan semua kasih sayang kepada Anto sampai tiba suatu hari ibu Tini merasakan sakit kepala yang sangat keras hingga dia jatuh pingsan.

Bapak pun mengompres istrinya karena badannya panas tinggi.Anto yang sudah berumur 11 tahun itu ikut merawat ibuya yang masih terkulai lemas di ranjangnya.Bapak tak henti bekerja bahkan lembur untuk mendapatkan uang lebih demi memenuhi kebutuhan obat untuk istri tercintanyal.

Hari demi hari ,bulan dan tahun pun berlalu.Keadaan ibu Tini tidak kunjung membaik dan akhirnya bapak memutuskan untuk membawa istrinya ke salah satu Rumah Sakit di Jakarta.Anto pun yang sekarang genap berusia 14 tahun mulai merasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Setelah memeriksakan istrinya bapak langsung membawa pulang kembali istrinya ke rumah tanpa berkata apapun kepada Anto.Setelah hari itu bapak mulai terlihat pucat dan bertambah sibuk, hampir tiap hari bapak pulang larut malam. Anto pun sering bertanya kepada bapaknya, " Pak kenapa terlalu sering lembur ? kasihan ibu pak di rumah". Bapak hanya tersenyum dan menjawab " ini buat ongkos obat ibu kamu To".

Keesokan harinya Anto masuk ke kamar bapak untuk mengambil handuk ibunya.Anto membuka lemari baju bapaknya dan mulai mencari handuk baru.Setelah mendapatkannya Anto langsung menutup pintu lemari pakaian itu , tidak sengaja Anto terlalu keras menutup pintu lemarin itu hingga jatuh box kecil dari atas lemari, berhamburan keluar sejumlah uang dan beberapa kertas kwitansi. Anto pun segera membereskannya satu persatu.Tanpa sengaja dia membaca kertas terakhir yang di ambilnya dari lantai dan betapa kagetnya ketika melihat isi dari kertas itu bahwa ibunya tervonis tumor ganas di daerah tempurung kepalanya dan wajib di operasi untuk memperlambat perkembangan tumor.

Dengan cepat Anto membereskan semua kertas dan uang dan segera di masukan kedalam box untuk di simpan di atas lemari kembali.Tulisan itu masih terbayang di kepalanya, ibunya yang selama ini memberikan kasih sayang yang hangat sudah di ambang kematian.Anto pun mengerti sekarang mengapa akhir-akhir ini bapak lembur tiap hari dan kenapa bapak terlihat lebih pucat dari biasanya.

Nilai Anton di sekolah pun menurun derastis, PR nya tidak pernah di sentuh sama sekali.Pikirannya selalu melayang saat di kelas hingga saat pembagian raport bapak sangat marah kepadanya.Anto pun mendapat pukulan yang berat di saat kondisinya belum siap menerima kenyataan tentang ibunya.Anto kabur dari rumah 3 hari setelah pembagian raport sekolahnya.Bapaknya tidak tau kemana Anto pergi, segeralah bapak melapor ke pihak berwajib dan memberikan data-data Anto.

Anto kabur dengan hanya membawa uang 20 ribu rupiah yang di congkel dari celengannya , dia masih menyisakan banyak uang celengan untuk di pakai membeli obat ibunya.Anton mulai berani tidur di bawah jembatan, di kursi terminal dan di tempat parkir, bahkan untuk makan dia berani mengamen terlebih dahulu dengan suaranya yang serak.Pengamen dan pereman pun sudah kenal dengan Anto, karna sifat Anto yang ramah dan mudah bergaul akhirnya dia cepat akrab dengan teman jalanannya.

Suatu malam dia bercerita dengan si Yongki salah satu pengamen jalanan yang di temuinya di salah satu station kereta.Masalah ibunya yang sakit hingga amarah bapaknya karena nilainya menurun derastis di sekolah.Yongki perlahan menghisap rokoknya dengan tenang sambil terus mendengarkan Anto bercerita.Yongki pun menyodorkan rokok kepada Anto sambil berkata "ini ambillah, minimal dapat membuatmu tenang malam ini."
Anto pun mengambil 1 rokok dari bungkus rokok sodoran Yongki.Mereka bercerita hingga larut dan tidak di bayangkan mereka menghabiskan 3 bungkus rokok semalam.

Sejak hari itu lah Anto bergantung pada rokok, dia pun merasa sudah cukup untuk kabur dari rumah.Sudah 1 minggu dia kabur ,akhirnya dia berpamitan dan berterimakasih kepada teman-teman jalanannya yang mau menerima dan membantu dia.Mereka pun berpelukan dan Anto langsung pergi ke rumah dengan bekal dari teman jalanannya.

Sampainya di depan rumah dia langsung masuk dengan stelan anak jalanannya tak lupa dia menghisap rokoknya.Bapak yang melihat anaknya seperti itu langsung ingin marah tapi karena takut Anto pergi lagi maka bapak hanya memluknya dan berkata "ibu kangen sama kamu To". Anto pun mematikan rokoknya dan segera menuju ibu tanpa bicara kepada bapaknya.

Setelah kehidupan Anto berubah menjadi perokok berat bapak seringkali mengambil rokok di celana Anto dan di buangnya.Anto pun marah karena sering sekali mendapat rokoknya hilang akhir-akhir ini.Anto menghadap bapaknya dan mengomel tidak jelas, bapak hanya menjawab "mau mati kamu To?" Anto langsung masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam.

Keesokan harinya bapak mendaftarkan Anto ke pesantren di daerah Jakarta. Anto pun menggerang tapi tak berdaya karena bapak sudah mengatur semuanya.Anto pun pergi ke pesantren , baru saja 4 hari di sana Anto sudah merokok dan kedapatan oleh ustad.Bapak kembali mendapat laporan dari pihak pesantren Anto.
Kejadian yang sama berulan kali terjadi sampai 1 tahun lamanya.Anto pun di keluarkan dari pesantren dan pulang sendiri ke rumahnya.

Sampai rumah bapaknya berubah sikap menjadi tidak marah saat Anto merokok , bapak malah ikut merokok bersama sambil mengobrol bersama Anto.Bapak membuat menanyakan beberapa pertanyaan kepada Anto.
"sejak kapan merokok?" ," sudah tau efek sampingnya?" , "mau sampai kapan?".Anto pun dengan tenang menjawab semua pertanyaan itu dengan lihai.Di akhir pembicaraan itu bapak memberikan syarat buat Anto agar boleh merokok sesukanya. Syaratnya adalah dia harus tidak merokok selama setengah tahun dengan alasan kesehatan ibunya yang suka muntah mencium bau rokok dari seluruh badan anaknya itu.

Anto pun setuju, setelah perjanjian itu Anto tidak lagi merokok dan rutin menjaga ibunya.Bapak kembali bekerja lembur lagi. Saatnya sudah tiba saat-saat dimana ibunya tiba di Rumah Sakit untuk operasi pengangkatan tumor ganas itu.Bapak dengan terbatuk - batuk mengantar istrinya ke ruang operasi tentu saja bersama Anto.

Keadaan mulai membaik setelah itu, ibu seperti mendapatkan mujizat dari tuhan.Tumornya sudah berhasil di angkat dan sekarang tinggal proses pemulihan saja.Betapa bahagianya Anto dan bapak saat melihat ibu sudah sering tertawa dan berinteraksi dengan mereka berdua.Bapak pun berhenti lembur untuk menemani istrinya di masa pemulihannya itu.

Sudah 5 bulan dari perjanjian Anto dan bapaknya, akhir-akhir ini bapak sering batuk.Anto mengira hanya karena kecapean lembur setiap hari. tapi ternyata keadaan bapak memburuk , dia batuk keras hampir sepanjang hari, hingga suatu ketika batuknya mengeluarkan darah.Anto kaget saat melihat hal itu dengan cepat membawakan bapaknya segelas air hangat.

Karena keadaan bapak semakin memburuk Anto berunding dengan ibunya untuk membawa bapak ke Rumah Sakit untuk cek laboratorium.Bapak di bawa ke rumah sakit dan setelah di periksa Anto sangat kaget melihat gambar sinar x dari paru-paru bapaknya sudah hitam pekat dan membusuk.Dokter memvonis bahwa paru-paru bapak telah terlalu banyak menghisap asap berbahaya hingga membuatnya infeksi.

Terpaksa bapak harus di rawat inap, Anto dan ibunya bersamaan menjaga bapak yang tiap hari semakin parah keadaanya.Batuk darah dan muntah darah sering sekali akhir-akhir ini.Pada minggu ke 3 bapak di rumah sakit dokter memanggil Anto ke ruangannya.Dengan berat hati dokter berusaha mengatakan bahwa waktu yang di miliki bapak hanya tinggal 3 hari lagi karena paru-parunya bisa kapan saja tidak berfungsi , bahkan operasi lebih beresiko tinggi bila di lakukan.

Anto keluar dari ruangan dokter dengan kebimbangan dan kebingungan, apa yang menyebabkan bapaknya yang sehat itu tiba - tiba menjadi sakit parah.Masuklah Anto ke kamar bapaknya."To bapak mau bicara" kata bapak lirih.Anto pun mendekat ka ranjang bapak, "ia pak ? bapak ga istirahat aja ?" Saran  Anto. "sudahlah To jangan menutupi sesuatu dari bapak ini, apa yang di katakan dokter tadi?", tanya bapak. "oh bukan apa-apa pak, kata dokter kondisi bapak membaik." jawab Anto, "kau masih saja berbohong saat bapak sedang sakit To."

Anto pun menangis dan memeluk bapaknya dengan erat, ibu pun mencoba tabah dengan mengelus punggung Anto "sabar To, jujur saja kepada bapakmu biar bapak tau apa yang terjadi dengannya." bujuk ibunya."dokter bilang waktu bapak tinggal 3 hari saja.." belum sempat Anto meneruskan kalimat dokter tadi dia sudah menangis hebat dan memeluk bapaknya seakan tidak mau melepasnya.

Bapakpun dengan tenang menjawab "oh syukurlah masih ada 3 hari bersama kalian" tangis haru tidak tertahankan di ruangan itu.Bapak menyuruh Anto membuka laci dan mengambil box kecil milik bapak.Anto pun mengambil dan menyerahkannya ke bapak."To bapak punya wasiat di dalam box ini, ada sebuah kaset untuk kau dan ibu, tapi berjanjilah untuk tidak menontonnya sebelum bapak pergi.Anto pun mengangguk setuju dalam tangisannya.

Hari kedua setelah itu suasana di kamar semakin akrab, bapak masih sering batuk tapi seakan batuknya tertelan dengan suara tawa yang khas dari bapak.Anto dan ibu pun tak kalah heboh dengan bapak , mereka semua seakan lupa dengan vonis dokter kemarin.Sampai tengah malam tiba,"besok hari ke 3 ayahku, apa yang harus ku perbuat?, apa yang harus ku katakan?, apakah aku mampu mengambil alih tugas bapak?" Anto kembali larut dalam kesedihan , kesenangan hari ini tidak bisa membuat dia melupakan vonis dokter tersebut.

Hari terakhir dari vonis sang dokter, Sejak tadi malam Anto tidak bisa tidur matanya memerah saat matahari terbit.Anto sudah berada di sisi ranjang bapak.Bapak bangun dan berkata "To? udah bangun ya", "iya pak ,Anto sengaja di hari yang special ini mau jadi orang yang pertama bapak lihat". Bapak pun membuka tangannya seraya meminta pelukan , Anto memeluk bapaknya dengan tersenyum berusaha menyembunyikan kesedihannya.Ibu pun bangun dan langsung bergabung memeluk Anto dari belakang.

"Ingat To, jangan kamu tonton kaset itu sebelum bapak pergi ya" pinta bapaknya. "ia pak Anto janji sama bapak" jawab Anto sambil tersenyum.Diam-diam Anto berbicara pada ibunya minta bahwa hari ini dia dan ibu ingin terlihat ceria kepada bapak dan ibu menyetujuinya.Mereka menyuapi bapak makanan meskipun hanya bisa 1 sendok saja, mengambilkan minum dan baju yang rapi dan wangi kesukaan bapak.

Anto memandikan bapaknya dan memakaikannya pakaian, "ganteng bener nih ya bapakku" canda Anto " ia dong ibu aja sampai kesemsem sama bapak tuh" jawab bapak ," hem ia ia dehh , hahaha " kata ibu.Suasana akrab itu sangat indah, detik demi detik dapat di rasakan oleh mereka.Benar-benar tak ada air mana setetes pun hingga ajal menjemput bapak.Batuk keras yang di susul darah yang sudah mengental berwarna kehitaman keluar dengan banyaknya."To bapak sudah siap untuk pergi, bapak bahagia punya keluarga seperti keluarga kita, maafkan bapak kalo bapak tidak bisa memberikan yang terbaik, tapi bapak sudah berusaha semampu bapak, tolong jaga ibumu jaga dia untuk bapak dan jadilah orang besar To" batuk bergema di kamar itu,"To maafkan bapak, bapak sayang sama kalian...." kata penutup terakhir dari bapak.

Setelah Kejadian itu Anto berjani untuk mewujudkan amanat bapaknya, keesokan harinya setelah bapak di kuburkan, Anto mengambil kaset wasiat dari bapaknya.Ibu dan Anto menonton video , betapa kagetnya ketika melihat video itu adalah kumpulan video bapak yang sedang merokok, tapi kali ini aneh bapak merokok berlebihan dan keliahatan tidak menikmati rokok yang dia hisap.701 bunkus rokok telah habis oleh bapak, ternyata selama Anto di pesantren bapak menghisap rokok sampai terakhir adalah 1 hari sebelum bapak masuk rumah sakit.

Di akhir video itu bapak berkata "Bapak sudah berusaha mencarikan batas untuk rokok buat kamu To, dan ternyata bungkus ke 701 bapak sudah terserang infeksi paru-paru jadi kamu hanya boleh merokok sampai bungkus ke 701(bapak menangis), bapak sudah mengeceknya sebelum nanti bapak akan masuk rumah sakit.Bapak tau saat kalian melihat video ini bapak mungkin sudah tiada." , "maafkan bapak, bapak hanya mau yang terbaik untuk mu To, bapak tidak mau kamu sakit keras seperti bapak hanya karena rokok yang tidak penting. Bapak sudah mengambil keputusan untuk membuat video ini agar kamu tau To bahaya merokok, kamu anak satu - satunya bapak dan ibu.Bahagiakan ibu mu nak , jadi anak yang kuat dan sukses , bapak punya tabungan untuk menganti uang rumah sakit buat bapak nanti dan mungkin ada sisa untuk mencukupi kehidupan kamu dan ibu ,bapak mengharap ada sisa untuk menyekolahkan mu."

Di box tersisa hanya kartu atm dan kode pin atm tersebut dan sebuah kertas kecil hasil cek up bapak 1 minggu sebelum Anto membawanya ke rumah sakit, dan ternyata dia sudah tau bahwa sebenarnya dia sudah di vonis 1 bulan 3 hari.Anto dan ibunya berpelukan di saat itulah kehidupan Anto bermula dari awal , tapi karna kejadian itu sekolah Anto sukses tottal dan perlahan perekonomiannya membaik dan tak terasa dia sudah di ambang pintu wisuda , setelah di resmikan menjadi Sarjana Ekonomi Anto di berikan kesempatan untuk berpidato sedikit , pidato yang matang dan memotivasi,di bagian akhir di selipkan kata-kata ini di pidatonya "Maafkan Anto yang membuat bapak susah, wisuda ini baru permulaan buat bapak, DR , Prof akan Anto kejar! supaya bapak bangga telah mempunyai Anto sebagai anak penerus bapak."tegasnya.
Para tamu dan dosen di ruangan semua memberikan stan up applause untuk pidato Anto.

Terkadang kita bingung dengan apa yang di lakukan oleh orang tua kita, bahkan kadang kita menuduh mereka mempersempit kebebasan kita atau bahkan merebutnya.Dari kisah ini semoga kita bisa mengambil hikmah dari pengorbanan ayah untuk anaknya.